Belajar Diluar Sekolah Lebih Asyik

BELAJAR DILUAR SEKOLAH LEBIH ASYIK

Homeschooling Primagama Pakuwon City Surabaya SURYA, 26 Januari 2014,Homeschooling di Indonesia sudah semakin berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya komunitas homeschooling bermunculan terutama di kota-kota besar di Indonesia disamping semakin meningkatnya jumlah peserta ujian penyetaraan seperti paket A, paket B, dan paket C. Sesungguhnya tidak ada pengertian tunggal yang baku mengenai homeschooling, namun pengertian yang mendasar adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri tanpa mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini pemerintah mengkategorikan homeschooling sebagai pendidikan informal dan hasil pendidikan yang dicapai dapat diakui atau disetarakan dengan pendidikan formal setelah mengikuti ujian penyetaraan (UU No. 20 tahun 2003 pasal 27). Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan ujian, penilaian, penyelenggaraan, dan tujuan pendidikan. Penyetaraan dalam ujian nasional meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA.

Homeschooling sendiri tidak berarti harus dilaksanakan di rumah saja dengan orangtua sebagai pendidik – hal itu akan semakin menyempitkan pengertian dari homeschooling itu sendiri – namun bisa dilaksanakan dimana saja dan bisa melibatkan siapa saja sebagai pendidik. Selain orangtua bisa mengajar sendiri, orangtua dapat melibatkan guru privat, mengikutsertakan anak pada kursus (berkaitan dengan mata pelajaran ataupun ayng berkaitan dengan bakat-minat), melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya. Hal yang terpenting adalah orangtua sudah menentukan tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilakukan. Jadi orangtua bertanggung jawab sepenuhnya dengan tetap mengendalikan secara penuh hasil pendidikan yang ingin dicapai. . .

Sebagaimana homeschooling tergolong dalam pendidikan informal, ada beberapa kekurangan dan kelebihan dari pendidikan semacam ini. Beberapa kelebihannya adalah sebagai berikut, (1) Kebebasan pendidikan, anak bebas untuk memilih apa yang ingin dipelajari, kapan, dan berapa lama mereka ingin belajar. Anak yang tergolong lambat belajar akan lebih terfasilitasi dan terhindar dari tekanan dibandingkan ketika harus belajar disekolah regular, sedangkan anak yang tergolong sangat cerdas dapat mempelajari materi yang lebih banyak dan sesuai dengan kemampuan mereka. (2) kebebasan fisik, dengan tidak mengikuti jam sekolah yang teratur dan monoton, keluarga dapat bebas memilih waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas mereka seperti mengunjungi taman bermain dan museum. (3) Kebebasan emosi, anak tidak akan mengalami “tekanan” dari teman sebayanya seperti bullying. Sehingga anak bisa menjadi lebih bebas untuk berekspresi, menunjukkan jati dirinya daripada harus “menyesuaikan” dirinya dengan kelompoknya. (4) Kebebasan keyakinan, orangtua bisa menanamkan nilai-nilai dari keyakinan/agama yang dianut dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih bebas. (5) Hubungan kekeluargaan yang lebih erat. Dengan selalu bersama dengan orangtua bahkan dua puluh empat jam sehari selama seminggu penuh, baik anak maupun orangtua dapat lebih saling mengenal satu sama lain. Sehingga orangtua dapat lebih menanamkan pendidikan karakter pada anak-anak mereka sehingga perilaku kenakalan remaja bisa dicegah.

Kekurangan dari homeschooling adalah (1) Butuh waktu dan kerja keras dari orangtua, orangtua harus menyediakan waktu dan tenaga sepenuhnya bagi anak mereka. Komitmen, kedisiplinan, dan keterampilan untuk mengatur perencanaan kegiatan pembelajaran bagi anak mereka. (2) Masalah keuangan, secara tidak langsung salah satu dari orangtua harus menyediakan waktu sehingga penghasilan utama hanya dari satu orang saja. (3) Kesempatan untuk bergabung dalam suatu tim olahraga, kebanyakan kegiatan olahraga selalu mewakili suatu sekolah, sehingga kesesempatan untuk terlibat dalam suatu event olahraga menjadi kecil, namun hal ini bisa diantisipasi dengan menjadi anggota tim atau club di luar sekolah. (4) Sosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah, anak tidak mengalami secara langsung pergaulan dengan teman sebayanya.hal ini bisa diantisipasi dengan mengikut sertakan anak dalam kegiatan social yang ada dalam lingkungannya, selain itu bisa juga untuk mengikutsertakan anak dalam suatu kegiatan kompetisi yang ada sehingga juga bisa melatih kepercayaan diri anak. (5) Kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (teamwork, leadership, dan problem solving), kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan anggota kelompok menjadi kurang terasah khususnya bila orangtua tidak pernah melibatkan anak dalam kondisi mengerjakan tugas bersama. Hal ini bisa diantisipasi dengan mengikutsertakan anak pada kelompok atau komunitas homeschooling yang ada.

Orangtua yang kemudian memutuskan untuk memilih homeschooling sebagai cara untuk mendidik anak mereka biasanya dikarenakan beberapa alasan berikut, (1) keprihatinan terhadap lingkungan sekolah, (2) ketidakpuasan dengan system pendidikan yang diterapkan di sekolah, (3) alasan-alasan yang berkaitan dengan agama dan moralitas, (4) anak dengan kebutuhan khusus (fisik maupun mental), (5) ingin mengembangkan karakter anak mereka. Adapun alasan lain mungkin berkaitan dengan masalah keuangan. Pada prakteknya biaya yang harus dikeluarkan dalam praktek homeschooling tidak sedikit namun masih lebih rendah dibandingkan menyertakan anak di sekolah umum.

Orangtua yang memilih homeschooling, setelah mempertimbangkan kelebihan dan kekurangnya, harus memperhatikan beberapa hal berikut, (1) kurikulum, orangtua harus mempersiapkan tujuan pembelajaran, mulai dari apa yang sudah dipahami atau dikuasai anak hingga apa yang haru dikuasai oleh anak. Hal ini akan menjadi tujuan yang harus dicapai. (2) Materi dan alat-alat yang dibutuhkan, sebagai alat bantu yang harus disiapkan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran yang sudah disusun. (3) Menyusun daftar dan jadwal kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak, khususnya kegiatan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk melatih kemampuan kerjasama dalam tim, pemecahan masalah, dan kepemimpinan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengikut sertakan anak pada suatu kursus atau klub olahraga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan minat-bakat anak. (4) Memilih komunitas homeschooling yang ada disekitar tempat tinggal, hal ini perlu dilakukan agar bisa saling berbagi dan meningkatan kemampuan untuk memberikan yang terbaik untuk anak. (5) Mencari informasi seputar ujian penyetaraan, hal ini perlu dilakukan agar anak bisa memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut.

Semua sistem pendidikan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, lebih baik memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi orangtua. Namun perlu diperhatikan juga bahwa adalah tugas kita sebagai orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak kita memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kemampuan mereka. “Apa yang dianggap baik oleh orangtua belum tentu merupakan yang terbaik bagi anak mereka”

Johannes Dicky Susilo, M.Psi., psi